Rabu, 09 Maret 2016

PENGAMATAN MORFOLOGI DAUN

PRAKTIKUM V
PENGAMATAN MORFOLOGI DAUN



Disusun Oleh :

Nama                                       : Eka Saatur Rohmah
NIM                                        : 15.114054.1070
Hari / Tanggal Praktikum        : Jumat,18 Desember 2015
Pembimbing                            : Mila Ulfah Farista A.Md.Far

I.                TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan mampu mengamati dan menyebutkan bagian-bagian daun serta sifat daun (bentuk, tepi, pangkal, ujung, susunan tulang daun, daging daun, warna, dll)
II.             DASAR TEORI
            Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekkatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang. (Gembong Tjitrosoepomo)
Bagian-bagian daun antara lain terdiri atas :
1.      helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiole)
3.      Terkadang ada kelenjarnya.
Keistimewaan :
1.      Pada jenis-jenis tertentu kadang tidak dijumpai tangkai daun                                   sehingga daun langsung menempel di ranting disebut dengan                                    duduk daun (sessile), contoh pada ketapang (Terminalia catappa)
2.      Pada jenis tertentu juga dijumpai daun penumpu (stipule) seperti                             sisik  yang  menutup  kuncup daun / kuncup bunga, contoh pada                          nangka, (Artocarpus integra), cempedak (Artocarpus capendens),                                   kluwih (Artocarpus comunis), meranti (Shorea spp.).
Bagian-bagian daun :
1.      Tata daun (Phyllotaxy)
a)      Berhadapan (Opposite)
b)      Melingkar (Whorled/verticillate)
c)      Berseling (Alternate)

2.      Komposisi daun
a)      Daun tunggal (simple leaf)
b)      Daun majemuk ( compound leaf)
·         Majemuk menyirip ( Pinnate) ada yang berjumlah ganjil dan genap contoh pada Leguminosae.
·         Menjari (palmate) contoh pada ubi kayu, jarak, pancasuda.

3.      Bentuk daun
a)      Jarum (Acicular)
b)      Sisik kecil runcing melebar di pangkal (scalelike)
c)      Garis memanjang sempit (Linear)
d)     Memanjang (Oblong), panjang 2,5 x lebar daun sama lebar pangkal ke ujung daun
e)      Lanset (Lanceolate), panjang 3-5 x lebar daun, melebar di pangkal daun
f)       Lanset sungsang (Oblanceolate) mirip lanset namun yang melebar ujung daun
g)      Bulat telur (Ovate), melebar di pangkal daun
h)      Bulat telur sungsang ( Obovate), kebalikan ovate melebar di ujung daunnya
i)        Elips ( Elliptical)
j)        Jorong (Oval), panjang 1,5 x lebar daun
k)      Bundar (Orbicular), panjang = lebar
l)        Bentuk ginjal (reniform)
m)    Bentuk jantung (cordate)
n)      Delta (deltoid)
o)      Belah ketupat (Rhomboid)
p)      Bulat telur terbalik / sudip (Spatulate)

4.      Bentuk tepi daun
a)         Revolute (menggulung kebelakang)
b)         Entire (rata)
c)         Repand (agak bergelombang)
d)        Sinnate (bergelombang dalam)
e)         Crenate (bergigi tumpul)
f)          Serrate (bergigi tajam mengarah ke ujung)
g)         Dentate (bergigi tajam mengarah keluar)
h)         Double serrate
i)           Double crenate
j)           Lobed bergelombang dalam hingga nyaris ke tulang daun utama
k)         Cleft seperti sukun namun di tepi bergigi tajam
l)           Parted berlekuk dalam hingga tulang daun

5.      Bentuk pangkal
a)         Acuminate (meruncing)
b)         Acute (runcing)
c)         Mucronate (runcing dari kulit dengan ujung yang jelas terpisah)
d)        Cuspidate ( berujungkan pucuk yang kaku dan tajam)
e)         Obtuse (tumpul)



f)          Rounded (bundar membusur penuh)
g)         Truncate (terpotong)
h)         Emarginate (berlekuk)

6.      Ujung daun
a)         Cuneate (segitiga sungsang)
b)         Acute (runcing)
c)         Cordate ( bentuk jantung)
d)        Inequilateral (asimetri)
e)         Obtuse (tumpul)
f)          Rounded (bundar/membusur penuh)
g)         Truncate (terpotong)
h)         Auriculate (bertelinga, berbentuk tombak pada bagian depan besar                          dan punca-punca kecil pada kaki.

7.      Tipe pertulangan daun
a)         Sejajar (pada monokotil)
b)         Menjala/terbuka ( pada dikotil) dibagi menjadi 3 macam yaitu :                                # Menjari pada pancasuda, mahang.
              # Bersirip pada kebanyakan daun
              # Membusur (arcuate) contoh pada Ginkgo biloba
8.      Sifat permukaan daun
a)         Glabrous (licin/gundul)
b)         Pubescent (berbulu lembut)
c)         Villous (berambut panjang lurus)
d)        Tomentose (berambut ikal/wol)
e)         Scabrous (berambut pendek kasar)
f)          Glaucous (warna putih kebiruan/berlilin)
g)         Rugose ( berkeriput karena tulang daun tenggelam)
h)         Grandular ( berresin/ berminyak)
i)           Daun tebal berdaging (coriaceous) atau tipis (membraneous)
Secara umum fungsi daun sebagai berikut.
1)      Membuat makanan melalui proses fotosintesis.
            Pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim             palisade.sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada     jaringan spons.
2)      Sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi.
3)      Menyerap CO 2 dari udara.
4)      Respirasi.
5)      Sebagai organ pernapasan. Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai    organ respirasi (lihat keterangan di bawah pada Anatomi Daun)
6)      Tempat terjadinya transpirasi.
7)      Tempat terjadinya gutasi.
8)      Alat perkembangbiakkan vegetatif.
         Modifikasi daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun. Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk lain.
Daun yang termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah antara lain menjadi duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale), brakte (bractea) atau brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha). Brakte/brakteola dan seludang bunga lebih lanjut akan dibahas pada perbungaan. Seperti duri, contoh: kaktus dan Penyimpan cadangan makanan, contoh: kol/kubis.

METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Alat yang digunakan :
-                Pensil 2B
-                Pensil warna
-                Penghapus
-                Penggaris

B.     Bahan yang digunakan :
-                Daun jambu biji
-                Daun sirih
-                daun belimbing wuluh
-                Daun lamtoro
C.     Prosedur praktikum :
Amati Perbedaan antara daun majemuk dan daun tunggal

Amati dan tentukan bagian – bagian nya



Ukurlah panjang dan lebar masing –masing anak daun
 



Gambar dan beri keterangan bagian – bagin daun yang diamati







III.             HASIL PENGAMATAN
Daun jambu biji (Psidii folium)
Panjang : 12 cm
Lebar     : 4,8 cm
Keterangan :
1.      Ujung daun (apex)
2.      Pangkal daun (basis)
3.      Susunan tulang daun               (nervatio atau vanatio)
4.      Tepi daun (margo)
5.      Helai daun (lamina)
6.      Tangkai daun (petiolus)
7.      Permukaan atas
8.      Permukaan bawah
9.      Warna hijau
Gambar pengamatan :
Gambar literatur :
Daun sirih (Piper folium)
Panjang : 15 cm
Lebar     : 8,8 cm
Keterangan :
1.      Ujung daun (apex)
2.      Pangkal daun (basis)
3.      Susunan tulang daun               (nervatio atau vanatio)
4.      Tepi daun (margo)
5.      Helai daun (lamina)
6.      Tangkai daun (petiolus)
7.      Permukaan atas
8.      Permukaan bawah
9.      Warna hijau

Gambar literatur :

Daun belimbing wuluh (Averhoae folium)
Panjang : 6 cm
Lebar     : 2 cm
Keterangan :
1.      Ujung daun (apex)
2.      Pangkal daun (basis)
3.      Susunan tulang daun               (nervatio atau vanatio)
4.      Tepi daun (margo)
5.      Helai daun (lamina)
6.      Tangkai daun (petiolus)
7.      Permukaan atas
8.      Permukaan bawah
9.      Warna hijau
Gambar pengamatan :
Gambar literatur :

Daun lamtoro (Leucaenae folium)
Panjang : 1,3 cm
Lebar     : 0,4 cm
Keterangan :
1.      Ujung daun (apex)
2.      Pangkal daun (basis)
3.      Susunan tulang daun               (nervatio atau vanatio)
4.      Tepi daun (margo)
5.      Helai daun (lamina)
6.      Tangkai daun (petiolus)
7.      Permukaan atas
8.      Permukaan bawah
9.      Warna hijau
Gambar pengamatan :
Gambar literatur :



IV.             PEMBAHASAN
1.      Daun jambu biji (Psidii folium)
Jambu biji (Psidium guajava L.)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Myrtales
Family             : Myrtaceae
Genus              : Psidium
Species            : Psidium guajava L.
(Sumber: Steenis. 2002)

Daun jambu biji (Psidium guajava L.)  berbau aromatik dan rasanya sepat. Daunnya merupakan daun tunggal yang  berwarna hijau keabuan, helai-helai daun berbentuk jorong sampai bulat memanjang, ujung daunnya meruncing sedangkan pangkal daunnya juga meruncing tetapi ada pula yang membulat, daun berukuran panjang  antara 6 cm sampai 15cm dan lebar antara 3cm sampai 7,5cm sedangkan tangkainya kurang lebih 1cm. Daun berambut penutup pendek, tampak berbintik-bintik yang sesungguhnya merupakan rongga-rongga lisigen, warnanya gelap namun bila dalam keadaan terendam air menjadi tembus cahaya (Karta Sapoetra,1992).





2.      Daun sirih
Klasifikasi Sirih
Regnum        : Plantae
Divisio          : Spermatophyta
Sub divisio   : Angiospermae
Kelas            : Dicotyledonae
Ordo             : Piperales
Famili           : Piperaceae
Genus           : Piper
Spesies         : Piper betle Linn

Bagian daun tanaman sirih memiliki bentuk serupa jantung.Daunnya tunggal dan pada bagian ujung cenderung runcing. Daun ini tersusun dengan cara selang seling. Pada tiap daunnya terdapat tangkai. Daun tersebut memiliki aroma yang cukup khas apabila diremas. Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 sampai 8 cm. Lebarnya mulai dari 2 cm sampai 5 cm. 



3.      Daun belimbing wuluh
Kingdom         : Plantae/ Plants
Sub kingdom   : Tracheobionta/ Vascular Plants
Super division : Spermatophyta/ Seed Plants
Division           : Magnoliophyta/ Flowering Plants
Classis             : Magnoliopsida/ Dicotyledons
Sub classis       : Rosidae
Ordo                : Geraniales
Familia            : Oxalidaceae/ Wood Sorrel Family
Genus              : Averrhoa Adans/ Averrhoa
Species            : Averrhoa bilimbi L.
Binomial Name : Averrhoa bilimbi L.
Common Nama : Bilimbi
Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan jenis daun majemuk.Daun majemuk tangkainya bercabang-cabang dan pada satu cabang terdapat lebih dari satu helaian daun.Daun belimbing wuluh merupakan daun tidak sempurna karena tidak memiliki bagian daun dengan lengkap.Permukaan atas daun belimbing wuluh berwarna hijau tua dan terdapat bulu-bulu halus dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda.Tepi pada daun belimbing wuluh rata (etire), dagingnya seperti kertas dan lumayan tipis (papiraceus), dan susunan tulang daunnya menyirip (penninervis). Ujung daun belimbinng wuluh meruncing (acutus) sedangkan pangkal daunnya membulat (rotundatus). Panjang daunnya 6 cm dengan lebar 2 cm.




4.      Daun lamtoro
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae
Genus              : Leucaena
Spesies            : Leucaena leucocephala L.
(Suprayitno,dkk.,1995)
lamtoro mudah beradaptasi dan segera saja tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika termasuk pula di Indonesia.Tanaman semak atau pohon tingggi sampai 2-10 m, bercabang 10 banyak dan kuat, dengan kulit batang abu-abu dan 10enticels yang jelas. Daun bersirip dua dengan 3-10 pasang sirip, panjang daunnya 1,3 cm dan lebar 0,4 cm ujungnya runcing dan pangkal daun miring, permukaan berambut halus dan tepinya berjumbai.
Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang (Anonim, 2011).
           



V.    KESIMPULAN
        Berdasarkan praktikum ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa setiap daun dari semua macam tanaman memilki karakteristik masing-masing. Karakteristik itu meliputi bentuk daun, bentuk tepi daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung (afeks) daun, bentuk pertulangan daun, dan lain semacamnya. Bentuk daun ada yang majemuk dan atau tunggal, tepi daun ada yang bergerigi kasar maupun rata, bentuk pangkal daun ada yang membulat, tumpul, atau berlekuk, ujung daun (afeks) bentuknya ada yang runcing, meruncing dan atau tumpul, dan juga bentuk pertulangan daunnya ada yang meyirip maupun bersatu dengan tulang cabang yang lain.




VI. DAFTAR PUSTAKA
(Gembong Tjitrosoepomo)
                       Anonim, 1991. Dasar-dasar silvicultur. Universitas Gadjahmada                               Yogyakarta.
                       Anonim, 1998. Petunjuk Praktikum Teknologi Benih. Fakultas                                  Kehutanan Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
                       Bhojwani SS, & Bhatnagar, S.P., 1974. The Embryology of                                      Angiosperms. Vikas publishing House PVT LTD. New Delhi, India.
                       Foster A.S., & Gifford E.M., 1959. Comparative Morfology of Vascular Plants. WH Freeman & Company. San Fransisco London.



                                         



Samarinda, 17 Desember 2015

Menyetujui
Pemimbing                                                      Praktikan


(Mila Ulfah Farista A.Md.Far)                                   (Eka Saatur Rohmah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar